interfaith relations

Hai Hai..... Welcome to dorongan kata.... 
Aku memakai nama ini agar kalian dapat termotivasi dari cerita-cerita yang aku buat... 
Happy reading... Enjoy... 

Seorang gadis sedang termenung di tepi lapangan basket SMA Pelita Jaya. Tempat yang sudah hampir tiga tahun ia tempati untuk mencari ilmu. Ia terus melamun hingga tak sadar ada seseorang  lelaki yang sedang menghampirinya. Lelaki dengan postur tubuh atletis dan berbadan tinggi.
"Nana," panggil orang itu. Gadis yang dipanggil pun menoleh. Hanaya aletta yang kerap dipanggil Naya  oleh temannya dan Nana oleh kekasihnya.
"No,udah selesai tandingnya? Menang gak?" tanya Nana kepada kekasihnya. Reno agler christian. Nana sering memanggilnya dengan sebutan Nono. Namun, temannya memanggil Reno. Mereka menjalin kisahnya dari awal SMA. Nana dan Nono adalah pasangan terdekat namun juga terjauh karna mereka berbeda keyakinan. Nana yang menganut agama islam sedangkan Nono menganut agama kristen. Meski berbeda keduanya saling melengkapi dan mengingatkan.
"Puji tuhan tim kita menang," sahut Nono dengan senyum manisnya, tak lupa juga lesung pipitnya. 
"Alhamdulillah kalo gitu." 
Mereka memilih pulang karna hari sudah sore. Nono mengantarkan Nana pulang dengan motor ninjanya. Mereka bertetangga, jadi rumah mereka tak berjarak jauh hanya dipisahkan oleh beberapa rumah. 

Nana segera membersihkan diri dan melaksanakan shalat ashar. Nana kembali melamun di balkon. Ia memikirkan bagaimana hubungannya dengan Nono. Mereka tak pernah bertengkar namun ada masalah yang lebih besar dari pertengkaran. Dalam agama Islam memang dilarang untuk menjalin hubungan dengan agama lain. Namun, dihati Nana hanya tertulis nama Nono. 

Nana hanya tinggal bersama adiknya yang berumur 14 tahun. Orang tuanya telah lama meninggal karna kecelakaan. Nana menjadi novelis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan adiknya. Nana mengusap foto kedua orangtuanya. 'Pa ma, aku harus apa, aku tak mau kehilangan Nono tapi aku juga tak mau merelakan agamaku,'  batin Nana. 

Keesokan harinya, Nono sudah siap untuk ke gereja karna hari ini adalah hari minggu. Sebelum berangkat Nono menyempatkan diri untuk ke rumah sang kekasih. Nono sangat prihatin dengan hidup kekasihnya. Walaupun Nana memiliki uang, namun ia tak memiliki kasih sayang orang tuanya. Nono melangkahkan kaki memasuki rumah Nana. Di sana terlihat Nana yang sedang berkutat di dapur dengan sang adik yang bernama fradella Gayatri seringkali dipanggil Della. 
"Pagi," sapa Nono. 
"Loh No, gak ke gereja?" tanya Nana. 
Nono tersenyum, "ini juga mau ke gereja tapi ke sini dulu."
"Yaudah sana ke gereja."
Nono melangkahkan kaki keluar rumah Nana dan menuju gereja. Setelah selesai, Nono kembali ke rumah Nana untuk menemaninya. Nono sangat sering ke rumah Nana begitu juga sebaliknya. Keluarga Nono menyukai Nana begitu pula dengan Della. 

Paginya, mereka kembali bersekolah. Nana memasuki kelas dan melihat teman-temannya yang sedang mengobrol.
 Nana hanya memeiliki dua teman, yaitu Fany Mauren dan Aqilla Hafika. 
"Berangkat bareng Reno?" tanya Fany. Fany dan Qilla sama-sama tak setuju dengan hubungan Nana dan Nono. 
Nana hanya membalas dengan senyuman dan langsung duduk di bangkunya.
"Na, mending lo putusin si Reno, sebesar apapun lo cinta dia, tapi kalian berbeda, kita cuma gak mau lo terluka terlalu dalam," nasehat Qilla. 

Waktu demi waktu berlalu, kini Nana dan Nono sudah lulus SMA yang artinya mereka akan melanjutkan kuliah. Sayangnya, Nono mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Hati Nana terasa teriris. Nana dan Nono akan menambah jarak mereka. Pikiran Nana menuju hal-hal yang negatif. Di negara lain tentu banyak wanita yang lebih sempurna dan tentunya seiman dengan Nono. Atas bujukan dari Nono, akhirnya Nana mengijinkan Nono untuk mengambil beasiswa tersebut. Lusa adalah pemberangkatan Nono ke luar negeri. 

Dua hari berlalu yang artinya hari ini adalah keberangkatan Nono ke luar negeri. Nana ikut mengantarkan Nono dengan kedua orangtuanya. Mereka sudah sampai di bandara. Nono berpamitan kepada kedua orangtuanya lalu kepada Nana. 
"No." Nana langsung memeluk Nono. Nono mengusap pelan rambut Nana. Ia sangat mengerti hati kekasihnya. 
"Aku cuma dua tahun Na."
"Hati-hati, jangan lupa kabarin aku."
Nono mulai menghilang dari pandangan mereka. Dengan berat hati, Nana kembali ke rumah. Dua tahun kedepan hidupnya akan sunyi. Tak ada senyum manis milik Nono lagi. Tak ada wajah lucu Nono yang mampu membangkitkan mood Nana lagi. Menurut Nana dua tahun sangat lama. Namun Nana harus kuat. Mungkin tugas kuliah akan membuatnya sedikit lupa dengan Nono. 

Dua tahun berlalu. Hari ini Nono kembali ke Indonesia namun ia tak memberitahu Nana. Setelah sampai rumah, Nono langsung menuju rumah Nana. Rumah Nana benar-benar sepi tak ada seorang pun di dalamnya. Nono bisa masuk karna Nana memberinya kunci cadangan. Nono memilih memasak untuk Nana. Tak lama setelah makanan matang, Nana dan Della pulang menggunakan motor maticnya. Nana terkejut saat melihat Nono berada di rumahnya. Ia langsung berlari memeluk Nono. Ia sangat merindukan kekasihnya itu. 
"Gimana kabarmu?" tanya Nono. 
"Alhamdulillah sehat, kamu sehat kan."
"Puji Tuhan baik kok, aku udah buat makanan buat kamu dan Della, makan yuk."
Setelah makan, Nana mengajak Nono ke taman komplek untuk menyampaikan keputusannya. Nana telah membulatkan tekadnya dan mau menerima segala resikonya. Sesampainya di taman, mereka duduk di salah satu bangku. 
Nana menarik napas dan mulai berkata, "No, aku tahu kita saling sayang, tapi kita beda, Tuhan kita tak merestui kita untuk bersatu, mungkin ini berat untuk kita, tapi ini yang terbaik untuk kita, kamu cari pasangan yang seiman denganmu begitu juga aku, makasih atas lima tahun ini, makasih udah selalu sabar dengan sikapku, makasih untuk kenangan manis yang kamu beri, kamu bahagia selalu ya, jangan pernah lupakan aku."
"Maksud kamu apa Na? kita tidak akan pisah,aku akan lakukan apapun demi kamu, kamu mau aku pindah agama? Oke aku akan pindah agama."
 Air mata Nana mulai keluar,"No maaf ya, ini yang terbaik untuk kita, semoga hidupmu lebih baik, kita akan jadi sahabat hingga kita tiada nanti dan jangan pernah merelakan agama demi cinta." Nana beranjak sambil berkata, "anggap ini pembuktianku, I love you, jaga diri baik-baik kalau butuh apa-apa ke rumah aku aja."

Mereka benar-benar berpisah walau komunikasi tetap terjaga. Perlahan keduanya menemukan kehidupannya masing-masing meski kenangan indah tak akan bisa terlupakan. Karna kita tak pantas untuk menghapus kenangan-kenangan hidup kita. 


Bagaimana ceritanya? Ngefeel gak? Suka gak? 
Untuk mengetahui karya aku bisa kunjungi akun wattpad aku... @dorongan_kata
Bye bye.... 


Komentar